liburan gratis

liburan gratis

Sunday, June 8, 2014

Perjalanan Ke India - My Trip To India 9 - Hari Terakhir di India

Jama masjid Delhi
Hari terakhir kami di India, pagi itu kami memutuskan batal ke Agra karena beberapa hal yang ga memungkinkan banget untuk kita pergi ke Agra. Jaraknya yang cukup lumayan jauh, kendala transportasi dan kemungkinan biaya yang membengkak jauh diluar perkiraan gara-gara kena palak dimana-mana haha....
Kami memutuskan untuk pergi ke Jama Masjid di Old Delhi dan mencari titipan teman Lika, mungkin bisa ke Janpath market (padahal kami belum tau lokasinya).
me - pemenang regional actc - Lika

Pagi, kami buru-buru turun untuk sarapan, seperti biasa menu pilihanku buah-buahan sebagai pembuka, kemudian croissant dan omelet masala, i prefer plain omelet with cheese :( tapi yang disediakan untuk Oriflame ga ada cheese, hanya pagi pertama dimana kami masih sarapan sendiri bisa dapat omelet (without masala) with cheese.
Ketika makan, akhirnya mulai ada peserta yang datang (kami selalu jadi yang pertama). Ada salah satu peserta yang nyamperin kami, super ramah si mba ini menyapa kami (akhirnya kami ketahui beliau adalah pemenang regional ACTC), dan bertanya tentang tips yang disusul aku juga bertanya, singkatnya kami saling bertukar pengalaman dan tips, disusul minta photo bareng seperti biasa...lagi-lagi kami ga punya kontaknya dan nama (...lupa), padahal kontak kami disimpan di hp nya, butuh sih... ingin belajar dari negara yang sales growth nya no 1.

selfie di lift
Usai sarapan kami bergegas kembali ke kamar dan bersiap untuk pergi. Kami masih akan menitipkan koper kami di hotel sementara kami ke Old Delhi, karena perhitungan kami lebih mudah begitu dan menurut pengalaman waktu pertama kali datang jarak dari bandara ke hotel ga terlalu jauh.
Hari itu kami juga sudah yakin 100% akan menggunakan metro untuk transport, selain lebih ekonomis juga bisa berbaur dengan penduduk India.
cafe di MG Road Delhi
Setelah menitipkan koper, kami pun berangkat dengan berjalan kaki ke stasiun metro yang ga terlalu jauh dari hotel sekitar 200 meter an. Tujuan kami ke MG road dimana terdapat beberapa mall, karena Lika butuh mencari buku berbahasa Hindi titipan temannya.
Sampai di MG road sekitar jam 9 lebih, dan ternyata semua toko buka baru nanti jam 11, wah... mati gaya bener ga ada koneksi internet, dan mesti menunggu seperti itu. Kami akhirnya kembali ke stasiun metro MG road yang sangat dekat dengan mall. Tau ga sih...mall disini lebih keren dan lebih besar dibanding disana.
Di stasiun metro kami akhirnya menemukan cafe yang bertuliskan free WiFi, langsung semangat kami kembali datang. Masuklah kami di cafe tersebut dan duduk sambil membaca menu (...dan harga) yang tersedia. Berhubung kami sudah makan dan satu-satunya alasan kami masuk kesitu untuk menggunakan WiFi jadi kami hanya berniat memesan minum.
Aku lebih memilih memesan ice cream yang variannya cuma 1 yaitu vanila. Waktu membaca menunya kami sudah merasa happy, sampai Lika juga bilang ya...lumayan sih ga mahal. Tapi ternyata...harga segitu dapatnya...begitulah, contohnya ice cream vanila pesananku hanya daat 1 scoop super kecil dengan harga sekitar 30 ribuan rupiah, langsung kami tertawa mengenaskan, ditambah lagi begitu mengetahui ternyata ga ada WiFi. Rasanya nyesel kenapa kemarin ga persiapan aja mending pake provider Indonesia 200 rb perhari daripada begini. Karena kami berdua ini internet addict !

Cukup waktu ngobrol dan menentukan tujuan berikutnya di cafe (...tak ber WiFi) kami meneruskan perjalanan ke Chandni Chowk, tujuannya ke Jama masjid Old Delhi yang masih berdekatan dengan Red Fort tempat yang kami kunjungi kemarin. Kami masih menggunakan metro, walaupun ga dapat tempat duduk kami enjoy menikmati perjalanan yang cukup jauh.

Old Delhi dari rikshaw
Sampai di Chandni Chowk, kami keluar dari area stasiun dengan berjalan menuju ke jalan utama, tujuan kami nanti naik rikshaw murah meriah ke Jama masjid yang pastinya ga jauh dari situ.
Akhirnya kami dapat rikshaw yang pengemudinya bisa berbahasa Inggris. Waktu kami tanya tarif dia bilang terserah nanti you happy i'm happy, udah mulai curiga aja kalau di depan ga mau narip gini. Kami berangkat ke Jama masjid yang lumayan jauh ternyata kalau ditempuh dengan berjalan kaki (mungkin ada jalan tembusnya sih cuma kami kan ga tau).

Jaraknya 2x perjalanan kami kemarin dari Red Fort ke stasiun metro, sampai di depan Jama masjid tukang rikshaw ini bersikeras menunggu kami (...aduh menambah kuat firasat buruk). Kami berjalan menuju Jama masjid, dan menaiki anak tangga masjid yang lumayan. Masjid ini sama dengan Red Fort maupun Qutub Minar, warnanya kemerahan dan tampak kokoh, benar-benar kagum dengan manusia jaman dulu yang begitu hebatnya membangun bangunan seperti ini.

Sampai diatas anak tangga terakhir, ada penjaga masjid yang meminta bayaran 300 rupee per orang, padahal sesuai blog-blog yang aku baca di Jama masjid ini gratis ga perlu bayar, ya sudah lah itung-itung infaq. Ga cuma sampai disini, kami agak setengah dipaksa beli sandal (...seperti sandal yang disediakan hotel) seharga 20 rupee atau berapa ya kemarin. Kami langsung menolak, dan dengan penuh percaya diri lebih memilih bertelanjang kaki memasuki area masjid, dan membawa alas kaki kami di tangan. Si bapak penjaga bilang taruh aja sandal disini ga usah dibawa, aku berpikir mungkin ya emang begitu seperti masjid-masjid disini kan taruh di lantai luar masjid seperti biasa walaupun sempat aku lihat beberapa pengunjung menenteng alas kaki mereka di tangan memasuki masjid.

area dalam Jama masjid Delhi

burung-burung ini hebat ga kepanasan

tempat wudlu Jama masjid


me - Jama masjid Delhi
Berjalanlah kami masuk ke dalam area Jama masjid. Super panas itu kesan kami begitu menapaki dalam masjid yang berupa ruang terbuka tanpa atap. Kami harus menuju ke area yang beratap karena disitulah para pengunjung "berteduh". Ternyata ini alasan kenapa si bapak diluar menjual sandal, sumpah ga kebayang panasnya jika kami menapak tanpa kain tebal yang dihamparkan seperti jalan setapak. Menggunakan kain tebal pun sudah cukup membuat kaki kami melepuh dengan suksesnya, meski kami berjalan cepat, sempat sih waktu masuk ada barengannya laki-laki yang kepo nanya-nanya (udah curiga mau dipalak lagi), untung sampai di tempat manusia berkumpul kami berpisah (kami kabur ke arah berbeda). Ga banyak yang bisa kami lakukan di masjid ini, paling hanya bisa ambil photo dari satu sisi saja, mengingat super panasnya lantai area masjid ini membuat kami mengurungkan niat untuk narsis photo di berbagai tempat. Niat salat di masjid ini pun urung, melihat tempat wudlu nya berada di tengah area yang tak beratap yang pastinya cukup bikin terpanggang, ga kebayang juga gimana airnya (pasti panas juga). Walau begitu cukup lumayan juga yang wudlu disitu, tapi mereka mengenakan alas kaki.
Ga terlalu lama kami berada disitu, sepertinya buatku lebih berkesan menjengkelkan berada di Jama masjid, banyak sekali orang yang terang-terangan mengambil photoku, bahkan ketika aku berlari-lari kepanasan diatas kain tebal yang terhampar, beneran dikira Mughal princess kali ya hahah...


Keluar dari area masjid kami mengambil alas kaki (aku bersandal jepit ria), dan...ternyata disuruh bayar lagi 20 rupee jasa penitipan, what ??? gini tadi mau dibawa ga boleh, benar-benar penipuan, itu cukup buat beli sandal jepit baru kaleee...
Sambil menggerutu kami berjalan menjauhi Jama masjid yang sungguh ga ramah pada kami, menuju rikshaw yang menunggu kami ga jauh dari situ.
toko rempah Old Delhi
Meluncur menuju tempat rempah-rempah untuk mencari cabai india pesenan mba Wiwin dan balsam pesanan bu... teman Lika. Si tukang rikshaw ternyata punya kerjasama dengan pedagang-pedagang di area situ, kami diturunkan di salah satu toko yang lumayan lengkap sih, rempah-rempah, kismis, buah-buahan kering...ngiler sih penampakannya cantik-cantik sayang beneran ngerem...rupee nya minimalis, hampir habis.
Tapi ternyata disitu jual teh juga, jadi galau deh. Akhirnya aku menambah belanjaan white tea dan masala tea untuk papa, India memang terkenal dengan penghasil teh, dan white tea ? ga gampang ditemuin di toko-toko kan...mumpung ada lah, begitu pikirku, jadi membuat niat beli cabai dan balsam saja jadi membengkak budgetnya karena white tea harganya lumayan deh...
toko kecil nan cantik Old Delhi

Beranjak keluar dari toko rempah-rempah, kami sudah lemas, uang yang ada di dompetku (rupee) minimalis banget mudah-mudahan cukup untuk bekal kami ke bandara nanti malam dan makan siang hari ini. Niat cari sesuatu lagi tapi bilang ke tukang rikshaw untuk ke money changer terlebih dulu untuk menukarkan usd ku demi membayar dia dan lain-lain (aku waktu itu punya firasat kami akan kekurangan uang walaupun sudah dihitung kira-kira cukup buat lunch dan bayar metro).
Ternyata si tukang rikshaw malah mengantarkan kami ke toko perlengkapan sari, stress langsung, kami kesana tanpa membawa rupee. Akhirnya setelah membeli sesuatu buat saudara dan teman dekat yang ternyata tokonya mau dibayar menggunakan usd Alhamdulillah (walaupun lembar usd ku melayang hiks...).
Segera kami putuskan untuk pulang saja sebelum budget membengkak lagi, sampai di stasiun metro ternyata si tukang rikshaw minta 50 usd, langsung dunia terasa gelap, ini pemalakan jilid ke berapa ya, dan memang ternyata sebenarnya 5 usd aja udah cukup buat bayar. Pengalaman memang mahal harganya.
Dengan langkah gontai kami jalan menuju stasiun metro menuju MG road, karena kami benar-benar lapar dan ga mau makan masakan ala India, jadi tujuan kami adalah fast food menu internasional. Sampai di MG road kami memilih MCD pertimbangan bisa murah (ngirit bener euy...) walaupun Lika waktu itu mau memilih pizza tapi aku bersikeras mcd yang lebih murah, karena aku tau pasti berapa jumlah rupee terakhir untuk kami berdua.
chicken maharaja mac our last meal in India
Niat ingin makanan non rempah ala India, ternyata chicken maharaja mac yang kami pilih rasa burgernya masih rempah-rempah ala India, hanya satu gigitan saja habis itu singkirkan, dan hanya makan french fries serta rotinya (burger bun) saja.
Antara stress dan geli kami makan sambil menyesali kenapa ga ada "indomaret" disana, tau gitu kan mending beli roti saja pasti jauh lebih irit.

muka capek mejeng di metro
Dari MG road kami menuju Huda city center, ga terlalu jauh sih, kemudian berjalan menuju Vivanta. Di Vivanta kami ga terlalu berlama-lama. Masukin barang-barang belanjaan ke koper, kemudian rapi-rapi dan salat di rest room, mungkin ada 30 menitan, dan kembali jalan kaki menuju stasiun metro untuk menuju bandara dengan membawa koper yang super berat.
Kami naik metro ke Delhi yang ternyata malah lebih lama daripada naik mobil kemarin.
Masalah muncul ketika sampai di Delhi dan hendak transfer ke metro yang menuju bandara. Harga tiket metro ke bandara ternyata jauh lebih mahal yang ini diluar perkiraan Lika (..yang survey harga tiket metro). Jadi kalau dihitung jauh lebih murah naik taxi !
Ga keren banget kekurangan uang yang cuma 20 ribu dalam rupiah, dibayar pake usd juga ga mau, aduh terpaksa cari money changer. Aku serahkan lembaran 100 usd buat ditukarkan ke Lika, sedangkan aku menunggu di dekat loket beserta barang bawaan kami.
Cukup lama menunggu Lika, hampir 30 menit, yang akhirnya Lika kembali tanpa hasil karena money changer ga ada di sekitar situ. Kondisi yang cukup bikin stress, dan mesti buang malu buat minjem uang 100 rupee kepada yang mau ke bandara dengan janji nanti di bandara akan kami ganti setelah menukar uang.
Ternyata hanya 1 cewe yang mau berbaik hati memberikan kami uang 100 rupee tanpa mau dikembalikan. Dan cewe itu ternyata juga satu pesawat dengan kami menuju Bangkok.
Alhamdulillah, kami selamat sampai ke bandara. Semuanya lancar dan kami menunggu di bandara dengan nyaman ( dan lapar), kami berharap sangat kepada makanan yang akan disajikan di pesawat.

di Indira Gandhi Inter Airport
Sampai juga kami di pesawat yang membawa kami terbang ke Bangkok, tapi ternyata makanannya masih beraroma India, kami pun ga menyentuhnya, hanya minum dan pilih tidur sampai jelang mendaratnya pesawat di bandara Bangkok.
Sekitar jam 5 an pagi kami sampai di Bangkok, kali ini lebih mulus perjalanan kami ga pake nyasar lagi. Alhamdulillah ada WiFi gretongan di bandara, walaupun kami ga terlalu banyak menggunakan internet karena benar-benar merasa lapar dan lelah. Kami sempat beristirahat di prayer room aka musala, alhamdulillah ada di bandara ini, lumayan juga numpang salat subuh, ngecharge hp dan power bank serta meluruskan badan yang rasanya lumayan remuk.

Pesawat kami berangkat dari Bangkok sekitar jam 8 pagi, akhirnya kami dapat sarapan yang bisa kami terima. Aku dapat nasi tim ayam yang lembut dan jauh dari aroma rempah-rempah India, kami berdua makan dengan lahap, dilanjutkan dengan nonton film di tv yang tersedia jadi ga terasa lama penerbangan kami yang memakan waktu 3 jam, dan Alhamdulillah kami sampai lagi di Jakarta.

Dari Jakarta aku dan Lika berpisah, aku harus pindah terminal untuk melanjutkan penerbangan ke Semarang 3 jam kemudian, dan Lika menuju bus Damri karena masih akan stay di Jakarta 2 harian.
Berakhirlah perjalanan kami disini.

Incredible India, tanpa Oriflame mungkin belum tentu kami mendapatkan pelajaran dan pengalaman yang luar biasa seperti ini.

Life is adventure !


0 comments:

Post a Comment