liburan gratis

liburan gratis

Thursday, June 19, 2014

Dugder 2014 - Tradisi Dugderan Dalam Masyarakat Semarang

Dugderan adalah tradisi sejak jaman dulu, kalau tidak salah mulai tahun 1881 yang merupakan semacam festival tanda akan dimulainya bulan suci Ramadhan.
Jaman aku kecil dulu masih belum banyak permainan seperti sekarang, seingatku dulu yang namanya dugderan identik dengan banyak penjual mainan dari gerabah, anyaman bambu, kayu, alumunium atau kaleng. Barang-barang dari gerabah berupa mainan anak perempuan seperti periuk mini, piring mini, teko, cangkir, bahkan bakul nasi dari bambu, penanak nasi aluminium, yang semuanya berukuran mini.
Selain itu ada juga celengan beraneka bentuk yang terbuat dari gerabah, ukurannya besar-besar lho, mantap banget kalau buat menyimpan koin (seribuan) ga kebayang berapa banyaknya kalau bisa terisi penuh. Dulu aku juga dibelikan celengan gerabah yang cukup lumayan ukurannya lho...tapi aku nakal suka bikin alasan dan melakukan sesuatu yang ga sengaja bikin celengannya jadi pecah hihihi...
Selain itu dulu identik juga dengan mainan gasing, truck besar dari kayu, kapal-kapalan. Semua itu menurutku yang menjadi khasnya dugderan selain tentunya miniatur warag ngendog, masih ada juga tradisi kirab atau bahasa modernnya karnaval yang dimulai dari masjid tertua di Semarang yaitu masjid Kauman.
Dulu waktu SMA aku sempat ikut juga partisipasi dalam karnaval ini dengan menggunakan busana daerah. Keanekaragaman karnaval mungkin tidak sebanyak sekarang macamnya, tapi dulu memang tradisinya masih kental sekali.
dugderan 2014
Jaman berubah, mungkin ini juga yang membuat pergeseran budaya pada dugderan. Memang sih dugderan itu dulu juga sudah merupakan pasar malam di area sekitar masjid Kauman dan Johar. Tapi sekarang menurutku sih lebih condong seperti pasar Johar yang buka hingga tengah malam. Barang-barang tradisional ala dugderan masih ada tapi tidak terlalu banyak seperti dahulu. Anak-anak lebih memilih permainan yang disediakan daripada membeli mainan tradisional yang dulu sempat aku gandrungi di masa kecil.
Dulu, betapa susahnya aku untuk mendapatkan mainan gerabah yang lengkap, bahkan aku bisa main menggunakan peralatan gerabah dengan ikut main di rumah teman sekolah dan tetangganya. Ya... orang tuaku bukan tipe yang memanjakan dengan mainan seperti itu, lebih mudah aku meminta buku cerita daripada mainan yang mudah pecah atau yang cepat membuatku bosan. Dulu waktu kecil aku ga paham atas sikap orang tuaku, tapi kini aku paham dan benar-benar bersyukur atas kebiasaan yang ditanamkan sejak kecil, buku itu memang jendela dunia :)

pisang plenet semarang
Dugderan 2014 memang lebih banyak arena bermain, dan arena-arena bermain itu yang penuh dengan pengunjung dibanding dengan lapak penjual mainan gerabah maupun kapal otok otok. Secara umum aku ga tertarik lagi untuk menulusuri seluruh area dugder ini. Jadi setelah melihat sekeliling dan mengambil beberapa photo aku dan temanku memutuskan untuk kembali ke Sri Ratu, karena aku parkir mobil di area parkir Sri Ratu.
Sebelumnya kami mampir untuk mencicipi pisang plenet makanan tradisional Semarang yang jualannya biasa di dekat Sri Ratu.


Ga pake antri kami hanya menunggu sekitar 10 menit saja untuk mendapatkan 2 porsi pisang plenet seharga Rp. 20.000,- dan kami bawa ke food court Sri Ratu buat cemilan saat nongkrong sambil ngobrol. Capek sih engga ya, tapi entah kenapa hawa malam ini walaupun outdoor berasa gerah. Mungkin karena mendung, atau memang cuaca dan suhu kota Semarang sedang memanas.
Akhirnya jelang jam 9 kami cabut buat pulang, karena temanku harus ngantor pagi-pagi, untung aku bebas dari ngantor :)



0 comments:

Post a Comment