liburan gratis

liburan gratis

Featured Posts

Friday, August 22, 2014

Pindahan Ke LalaSukma Dot Com

Berhubung blog ini telah dipindahkan ke yang baru, silahkan kunjungi :



read more

Thursday, June 19, 2014

Dugder 2014 - Tradisi Dugderan Dalam Masyarakat Semarang

Dugderan adalah tradisi sejak jaman dulu, kalau tidak salah mulai tahun 1881 yang merupakan semacam festival tanda akan dimulainya bulan suci Ramadhan.
Jaman aku kecil dulu masih belum banyak permainan seperti sekarang, seingatku dulu yang namanya dugderan identik dengan banyak penjual mainan dari gerabah, anyaman bambu, kayu, alumunium atau kaleng. Barang-barang dari gerabah berupa mainan anak perempuan seperti periuk mini, piring mini, teko, cangkir, bahkan bakul nasi dari bambu, penanak nasi aluminium, yang semuanya berukuran mini.
Selain itu ada juga celengan beraneka bentuk yang terbuat dari gerabah, ukurannya besar-besar lho, mantap banget kalau buat menyimpan koin (seribuan) ga kebayang berapa banyaknya kalau bisa terisi penuh. Dulu aku juga dibelikan celengan gerabah yang cukup lumayan ukurannya lho...tapi aku nakal suka bikin alasan dan melakukan sesuatu yang ga sengaja bikin celengannya jadi pecah hihihi...
Selain itu dulu identik juga dengan mainan gasing, truck besar dari kayu, kapal-kapalan. Semua itu menurutku yang menjadi khasnya dugderan selain tentunya miniatur warag ngendog, masih ada juga tradisi kirab atau bahasa modernnya karnaval yang dimulai dari masjid tertua di Semarang yaitu masjid Kauman.
Dulu waktu SMA aku sempat ikut juga partisipasi dalam karnaval ini dengan menggunakan busana daerah. Keanekaragaman karnaval mungkin tidak sebanyak sekarang macamnya, tapi dulu memang tradisinya masih kental sekali.
dugderan 2014
Jaman berubah, mungkin ini juga yang membuat pergeseran budaya pada dugderan. Memang sih dugderan itu dulu juga sudah merupakan pasar malam di area sekitar masjid Kauman dan Johar. Tapi sekarang menurutku sih lebih condong seperti pasar Johar yang buka hingga tengah malam. Barang-barang tradisional ala dugderan masih ada tapi tidak terlalu banyak seperti dahulu. Anak-anak lebih memilih permainan yang disediakan daripada membeli mainan tradisional yang dulu sempat aku gandrungi di masa kecil.
Dulu, betapa susahnya aku untuk mendapatkan mainan gerabah yang lengkap, bahkan aku bisa main menggunakan peralatan gerabah dengan ikut main di rumah teman sekolah dan tetangganya. Ya... orang tuaku bukan tipe yang memanjakan dengan mainan seperti itu, lebih mudah aku meminta buku cerita daripada mainan yang mudah pecah atau yang cepat membuatku bosan. Dulu waktu kecil aku ga paham atas sikap orang tuaku, tapi kini aku paham dan benar-benar bersyukur atas kebiasaan yang ditanamkan sejak kecil, buku itu memang jendela dunia :)

pisang plenet semarang
Dugderan 2014 memang lebih banyak arena bermain, dan arena-arena bermain itu yang penuh dengan pengunjung dibanding dengan lapak penjual mainan gerabah maupun kapal otok otok. Secara umum aku ga tertarik lagi untuk menulusuri seluruh area dugder ini. Jadi setelah melihat sekeliling dan mengambil beberapa photo aku dan temanku memutuskan untuk kembali ke Sri Ratu, karena aku parkir mobil di area parkir Sri Ratu.
Sebelumnya kami mampir untuk mencicipi pisang plenet makanan tradisional Semarang yang jualannya biasa di dekat Sri Ratu.


Ga pake antri kami hanya menunggu sekitar 10 menit saja untuk mendapatkan 2 porsi pisang plenet seharga Rp. 20.000,- dan kami bawa ke food court Sri Ratu buat cemilan saat nongkrong sambil ngobrol. Capek sih engga ya, tapi entah kenapa hawa malam ini walaupun outdoor berasa gerah. Mungkin karena mendung, atau memang cuaca dan suhu kota Semarang sedang memanas.
Akhirnya jelang jam 9 kami cabut buat pulang, karena temanku harus ngantor pagi-pagi, untung aku bebas dari ngantor :)



read more

Sunday, June 8, 2014

Perjalanan Ke India - My Trip To India 9 - Hari Terakhir di India

Jama masjid Delhi
Hari terakhir kami di India, pagi itu kami memutuskan batal ke Agra karena beberapa hal yang ga memungkinkan banget untuk kita pergi ke Agra. Jaraknya yang cukup lumayan jauh, kendala transportasi dan kemungkinan biaya yang membengkak jauh diluar perkiraan gara-gara kena palak dimana-mana haha....
Kami memutuskan untuk pergi ke Jama Masjid di Old Delhi dan mencari titipan teman Lika, mungkin bisa ke Janpath market (padahal kami belum tau lokasinya).
me - pemenang regional actc - Lika

Pagi, kami buru-buru turun untuk sarapan, seperti biasa menu pilihanku buah-buahan sebagai pembuka, kemudian croissant dan omelet masala, i prefer plain omelet with cheese :( tapi yang disediakan untuk Oriflame ga ada cheese, hanya pagi pertama dimana kami masih sarapan sendiri bisa dapat omelet (without masala) with cheese.
Ketika makan, akhirnya mulai ada peserta yang datang (kami selalu jadi yang pertama). Ada salah satu peserta yang nyamperin kami, super ramah si mba ini menyapa kami (akhirnya kami ketahui beliau adalah pemenang regional ACTC), dan bertanya tentang tips yang disusul aku juga bertanya, singkatnya kami saling bertukar pengalaman dan tips, disusul minta photo bareng seperti biasa...lagi-lagi kami ga punya kontaknya dan nama (...lupa), padahal kontak kami disimpan di hp nya, butuh sih... ingin belajar dari negara yang sales growth nya no 1.

selfie di lift
Usai sarapan kami bergegas kembali ke kamar dan bersiap untuk pergi. Kami masih akan menitipkan koper kami di hotel sementara kami ke Old Delhi, karena perhitungan kami lebih mudah begitu dan menurut pengalaman waktu pertama kali datang jarak dari bandara ke hotel ga terlalu jauh.
Hari itu kami juga sudah yakin 100% akan menggunakan metro untuk transport, selain lebih ekonomis juga bisa berbaur dengan penduduk India.
cafe di MG Road Delhi
Setelah menitipkan koper, kami pun berangkat dengan berjalan kaki ke stasiun metro yang ga terlalu jauh dari hotel sekitar 200 meter an. Tujuan kami ke MG road dimana terdapat beberapa mall, karena Lika butuh mencari buku berbahasa Hindi titipan temannya.
Sampai di MG road sekitar jam 9 lebih, dan ternyata semua toko buka baru nanti jam 11, wah... mati gaya bener ga ada koneksi internet, dan mesti menunggu seperti itu. Kami akhirnya kembali ke stasiun metro MG road yang sangat dekat dengan mall. Tau ga sih...mall disini lebih keren dan lebih besar dibanding disana.
Di stasiun metro kami akhirnya menemukan cafe yang bertuliskan free WiFi, langsung semangat kami kembali datang. Masuklah kami di cafe tersebut dan duduk sambil membaca menu (...dan harga) yang tersedia. Berhubung kami sudah makan dan satu-satunya alasan kami masuk kesitu untuk menggunakan WiFi jadi kami hanya berniat memesan minum.
Aku lebih memilih memesan ice cream yang variannya cuma 1 yaitu vanila. Waktu membaca menunya kami sudah merasa happy, sampai Lika juga bilang ya...lumayan sih ga mahal. Tapi ternyata...harga segitu dapatnya...begitulah, contohnya ice cream vanila pesananku hanya daat 1 scoop super kecil dengan harga sekitar 30 ribuan rupiah, langsung kami tertawa mengenaskan, ditambah lagi begitu mengetahui ternyata ga ada WiFi. Rasanya nyesel kenapa kemarin ga persiapan aja mending pake provider Indonesia 200 rb perhari daripada begini. Karena kami berdua ini internet addict !

Cukup waktu ngobrol dan menentukan tujuan berikutnya di cafe (...tak ber WiFi) kami meneruskan perjalanan ke Chandni Chowk, tujuannya ke Jama masjid Old Delhi yang masih berdekatan dengan Red Fort tempat yang kami kunjungi kemarin. Kami masih menggunakan metro, walaupun ga dapat tempat duduk kami enjoy menikmati perjalanan yang cukup jauh.

Old Delhi dari rikshaw
Sampai di Chandni Chowk, kami keluar dari area stasiun dengan berjalan menuju ke jalan utama, tujuan kami nanti naik rikshaw murah meriah ke Jama masjid yang pastinya ga jauh dari situ.
Akhirnya kami dapat rikshaw yang pengemudinya bisa berbahasa Inggris. Waktu kami tanya tarif dia bilang terserah nanti you happy i'm happy, udah mulai curiga aja kalau di depan ga mau narip gini. Kami berangkat ke Jama masjid yang lumayan jauh ternyata kalau ditempuh dengan berjalan kaki (mungkin ada jalan tembusnya sih cuma kami kan ga tau).

Jaraknya 2x perjalanan kami kemarin dari Red Fort ke stasiun metro, sampai di depan Jama masjid tukang rikshaw ini bersikeras menunggu kami (...aduh menambah kuat firasat buruk). Kami berjalan menuju Jama masjid, dan menaiki anak tangga masjid yang lumayan. Masjid ini sama dengan Red Fort maupun Qutub Minar, warnanya kemerahan dan tampak kokoh, benar-benar kagum dengan manusia jaman dulu yang begitu hebatnya membangun bangunan seperti ini.

Sampai diatas anak tangga terakhir, ada penjaga masjid yang meminta bayaran 300 rupee per orang, padahal sesuai blog-blog yang aku baca di Jama masjid ini gratis ga perlu bayar, ya sudah lah itung-itung infaq. Ga cuma sampai disini, kami agak setengah dipaksa beli sandal (...seperti sandal yang disediakan hotel) seharga 20 rupee atau berapa ya kemarin. Kami langsung menolak, dan dengan penuh percaya diri lebih memilih bertelanjang kaki memasuki area masjid, dan membawa alas kaki kami di tangan. Si bapak penjaga bilang taruh aja sandal disini ga usah dibawa, aku berpikir mungkin ya emang begitu seperti masjid-masjid disini kan taruh di lantai luar masjid seperti biasa walaupun sempat aku lihat beberapa pengunjung menenteng alas kaki mereka di tangan memasuki masjid.

area dalam Jama masjid Delhi

burung-burung ini hebat ga kepanasan

tempat wudlu Jama masjid


me - Jama masjid Delhi
Berjalanlah kami masuk ke dalam area Jama masjid. Super panas itu kesan kami begitu menapaki dalam masjid yang berupa ruang terbuka tanpa atap. Kami harus menuju ke area yang beratap karena disitulah para pengunjung "berteduh". Ternyata ini alasan kenapa si bapak diluar menjual sandal, sumpah ga kebayang panasnya jika kami menapak tanpa kain tebal yang dihamparkan seperti jalan setapak. Menggunakan kain tebal pun sudah cukup membuat kaki kami melepuh dengan suksesnya, meski kami berjalan cepat, sempat sih waktu masuk ada barengannya laki-laki yang kepo nanya-nanya (udah curiga mau dipalak lagi), untung sampai di tempat manusia berkumpul kami berpisah (kami kabur ke arah berbeda). Ga banyak yang bisa kami lakukan di masjid ini, paling hanya bisa ambil photo dari satu sisi saja, mengingat super panasnya lantai area masjid ini membuat kami mengurungkan niat untuk narsis photo di berbagai tempat. Niat salat di masjid ini pun urung, melihat tempat wudlu nya berada di tengah area yang tak beratap yang pastinya cukup bikin terpanggang, ga kebayang juga gimana airnya (pasti panas juga). Walau begitu cukup lumayan juga yang wudlu disitu, tapi mereka mengenakan alas kaki.
Ga terlalu lama kami berada disitu, sepertinya buatku lebih berkesan menjengkelkan berada di Jama masjid, banyak sekali orang yang terang-terangan mengambil photoku, bahkan ketika aku berlari-lari kepanasan diatas kain tebal yang terhampar, beneran dikira Mughal princess kali ya hahah...


Keluar dari area masjid kami mengambil alas kaki (aku bersandal jepit ria), dan...ternyata disuruh bayar lagi 20 rupee jasa penitipan, what ??? gini tadi mau dibawa ga boleh, benar-benar penipuan, itu cukup buat beli sandal jepit baru kaleee...
Sambil menggerutu kami berjalan menjauhi Jama masjid yang sungguh ga ramah pada kami, menuju rikshaw yang menunggu kami ga jauh dari situ.
toko rempah Old Delhi
Meluncur menuju tempat rempah-rempah untuk mencari cabai india pesenan mba Wiwin dan balsam pesanan bu... teman Lika. Si tukang rikshaw ternyata punya kerjasama dengan pedagang-pedagang di area situ, kami diturunkan di salah satu toko yang lumayan lengkap sih, rempah-rempah, kismis, buah-buahan kering...ngiler sih penampakannya cantik-cantik sayang beneran ngerem...rupee nya minimalis, hampir habis.
Tapi ternyata disitu jual teh juga, jadi galau deh. Akhirnya aku menambah belanjaan white tea dan masala tea untuk papa, India memang terkenal dengan penghasil teh, dan white tea ? ga gampang ditemuin di toko-toko kan...mumpung ada lah, begitu pikirku, jadi membuat niat beli cabai dan balsam saja jadi membengkak budgetnya karena white tea harganya lumayan deh...
toko kecil nan cantik Old Delhi

Beranjak keluar dari toko rempah-rempah, kami sudah lemas, uang yang ada di dompetku (rupee) minimalis banget mudah-mudahan cukup untuk bekal kami ke bandara nanti malam dan makan siang hari ini. Niat cari sesuatu lagi tapi bilang ke tukang rikshaw untuk ke money changer terlebih dulu untuk menukarkan usd ku demi membayar dia dan lain-lain (aku waktu itu punya firasat kami akan kekurangan uang walaupun sudah dihitung kira-kira cukup buat lunch dan bayar metro).
Ternyata si tukang rikshaw malah mengantarkan kami ke toko perlengkapan sari, stress langsung, kami kesana tanpa membawa rupee. Akhirnya setelah membeli sesuatu buat saudara dan teman dekat yang ternyata tokonya mau dibayar menggunakan usd Alhamdulillah (walaupun lembar usd ku melayang hiks...).
Segera kami putuskan untuk pulang saja sebelum budget membengkak lagi, sampai di stasiun metro ternyata si tukang rikshaw minta 50 usd, langsung dunia terasa gelap, ini pemalakan jilid ke berapa ya, dan memang ternyata sebenarnya 5 usd aja udah cukup buat bayar. Pengalaman memang mahal harganya.
Dengan langkah gontai kami jalan menuju stasiun metro menuju MG road, karena kami benar-benar lapar dan ga mau makan masakan ala India, jadi tujuan kami adalah fast food menu internasional. Sampai di MG road kami memilih MCD pertimbangan bisa murah (ngirit bener euy...) walaupun Lika waktu itu mau memilih pizza tapi aku bersikeras mcd yang lebih murah, karena aku tau pasti berapa jumlah rupee terakhir untuk kami berdua.
chicken maharaja mac our last meal in India
Niat ingin makanan non rempah ala India, ternyata chicken maharaja mac yang kami pilih rasa burgernya masih rempah-rempah ala India, hanya satu gigitan saja habis itu singkirkan, dan hanya makan french fries serta rotinya (burger bun) saja.
Antara stress dan geli kami makan sambil menyesali kenapa ga ada "indomaret" disana, tau gitu kan mending beli roti saja pasti jauh lebih irit.

muka capek mejeng di metro
Dari MG road kami menuju Huda city center, ga terlalu jauh sih, kemudian berjalan menuju Vivanta. Di Vivanta kami ga terlalu berlama-lama. Masukin barang-barang belanjaan ke koper, kemudian rapi-rapi dan salat di rest room, mungkin ada 30 menitan, dan kembali jalan kaki menuju stasiun metro untuk menuju bandara dengan membawa koper yang super berat.
Kami naik metro ke Delhi yang ternyata malah lebih lama daripada naik mobil kemarin.
Masalah muncul ketika sampai di Delhi dan hendak transfer ke metro yang menuju bandara. Harga tiket metro ke bandara ternyata jauh lebih mahal yang ini diluar perkiraan Lika (..yang survey harga tiket metro). Jadi kalau dihitung jauh lebih murah naik taxi !
Ga keren banget kekurangan uang yang cuma 20 ribu dalam rupiah, dibayar pake usd juga ga mau, aduh terpaksa cari money changer. Aku serahkan lembaran 100 usd buat ditukarkan ke Lika, sedangkan aku menunggu di dekat loket beserta barang bawaan kami.
Cukup lama menunggu Lika, hampir 30 menit, yang akhirnya Lika kembali tanpa hasil karena money changer ga ada di sekitar situ. Kondisi yang cukup bikin stress, dan mesti buang malu buat minjem uang 100 rupee kepada yang mau ke bandara dengan janji nanti di bandara akan kami ganti setelah menukar uang.
Ternyata hanya 1 cewe yang mau berbaik hati memberikan kami uang 100 rupee tanpa mau dikembalikan. Dan cewe itu ternyata juga satu pesawat dengan kami menuju Bangkok.
Alhamdulillah, kami selamat sampai ke bandara. Semuanya lancar dan kami menunggu di bandara dengan nyaman ( dan lapar), kami berharap sangat kepada makanan yang akan disajikan di pesawat.

di Indira Gandhi Inter Airport
Sampai juga kami di pesawat yang membawa kami terbang ke Bangkok, tapi ternyata makanannya masih beraroma India, kami pun ga menyentuhnya, hanya minum dan pilih tidur sampai jelang mendaratnya pesawat di bandara Bangkok.
Sekitar jam 5 an pagi kami sampai di Bangkok, kali ini lebih mulus perjalanan kami ga pake nyasar lagi. Alhamdulillah ada WiFi gretongan di bandara, walaupun kami ga terlalu banyak menggunakan internet karena benar-benar merasa lapar dan lelah. Kami sempat beristirahat di prayer room aka musala, alhamdulillah ada di bandara ini, lumayan juga numpang salat subuh, ngecharge hp dan power bank serta meluruskan badan yang rasanya lumayan remuk.

Pesawat kami berangkat dari Bangkok sekitar jam 8 pagi, akhirnya kami dapat sarapan yang bisa kami terima. Aku dapat nasi tim ayam yang lembut dan jauh dari aroma rempah-rempah India, kami berdua makan dengan lahap, dilanjutkan dengan nonton film di tv yang tersedia jadi ga terasa lama penerbangan kami yang memakan waktu 3 jam, dan Alhamdulillah kami sampai lagi di Jakarta.

Dari Jakarta aku dan Lika berpisah, aku harus pindah terminal untuk melanjutkan penerbangan ke Semarang 3 jam kemudian, dan Lika menuju bus Damri karena masih akan stay di Jakarta 2 harian.
Berakhirlah perjalanan kami disini.

Incredible India, tanpa Oriflame mungkin belum tentu kami mendapatkan pelajaran dan pengalaman yang luar biasa seperti ini.

Life is adventure !


read more

Saturday, June 7, 2014

Perjalanan Ke India - My Trip To India 8 - Seminar Hari Terakhir - Red Fort

Red Fort Delhi India

Red Fort India, dari awal sampai di India kami sudah ngebet banget ingin sekali kesana. Sayangnya karena kena tipu supir taxi India yang sok ramah itu, kami sampai hari ketiga di India belum juga kesampaian berkunjung ke Red Fort.
Hari Rabu tanggal 21 Mei 2014, merupakan hari terakhir director seminar yang nantinya akan ditutup dengan gala dinner pada malam harinya. Sesuai jadwal yang ada di passport Oriflame, hari itu seminar hanya sampai jam 12 an siang saja, jadi kami berencana kabur setelah itu menuju Red Fort.
Pagi itu seperti biasa setelah acara sarapan kami naik bus yang disediakan Oriflame menuju ke Hyatt Regency Manesar tempat seminar diselenggarakan. Acara hari terakhir semuanya tentang produk, yang dibawakan oleh Sharmili Rajput (cantik dan super ramah orangnya) marketing directornya Oriflame India. Banyak banget hal-hal baru tentang produk yang bisa kami pelajari, dan mereka benar-benar berani terang-terangan kupas tuntas sampai perbandingan tentang produk-produk yang beredar, super keren pokoknya.
Pada hari ini juga diumumkan brand ambassador Oriflame India yang baru. Kemudian ada presentasi dan testimoni dari Top 1 Asia Kamini Jha, sumpah keren abis, auranya juga gimana gitu...berkharisma.


bareng Kamini Jha

Seperti rencana awal, pada hari itu kami harus ke Old Delhi tempat Red Fort berada, sekalian ingin ke Janpath market kalau sempat.
Kami memutuskan untuk naik taxi argo yang dipesan dari Hyatt, nunggunya lumayan lama sih 30 menit an, waktu itu saat makan siang, tapi kami merasa malas makan karena menunya tetap tidak begitu bersahabat dengan perut dan lidah kami, kalau ada roti baru kami makan.
Taxi akhirnya datang, ya lumayan lah dibanding taxi di hari pertama kami menjelajah. AC nya lumayan sejuk, walaupun si bapak supir taxi ga paham english sama sekali, tapi kami enjoy dalam perjalanan yang cukup jauh juga ternyata dari Manesar.
Mungkin ga terlalu jauh kalau berangkat dari Vivanta, tapi dari Hyatt benar-benar kami tempuh 1 jam lebih untuk sampai ke Old Delhi.
Bersyukur...melihat kondisi lalu lintas dan teriknya cuaca di Delhi, teringat betapa aku sering mengeluh waktu nyetir mobil di Semarang yang sudah lumayan sering macet dan panas juga, tapi beneran jauh lebih beruntung nyetir di Semarang, Delhi sungguh semrawut kalau orang Jawa bilang, klakson tiap detik selalu terdengar juga, betapa bisingnya di tengah teriknya siang hari.


Sampai di area Old Delhi kami melihat pemandangan yang bisa dibilang sedikit kumuh, tapi... Red Fort nya sungguh gagah, amazing !
Dari jalan menuju ke gerbang Red Fort kami berjalan cukup lumayan. Untuk bisa masuk ke Red Fort kami harus membayar 250 rupee per orang.
red fort

Red Fort
Suasana di Red Fort benar-benar ramai pengunjung, wisatawan lokal maupun manca negara. Entah kenapa di Red Fort pengunjungnya bisa luar biasa bahkan jauh lebih banyak daripada Qutub Minar kemarin.

singgasana raja jaman dulu
Red Fort
Begitu masuk gerbang pemeriksaan tiket, kami lanjutkan berjalan menuju area dalam Red Fort. Kami melewati lorong yang ternyata isinya seperti pasar cendera mata. Disitu dijual berbagai macam barang khas India, dan Lika mendapatkan ada 3 barang yang sama dengan di Soriniji market tapi harganya jauh lebih murah di Red Fort. Kami putuskan untuk nanti kembali kesitu, dan sekarang yang terpenting kami ingin menjelajah area dalam Red Fort.

Red Fort, bukan hanya gagah megah dan eksotis tampak luarnya tapi begitu mempesona di dalamnya. Red Fort ini didirikan pada jaman kerajaan Mughal pada waktu pemerintahan raja Shah Jahan, kabarnya area Red Fort ini sampai 254 hektar (mungkin ya melihat betapa luasnya dan ga semua kami jelajahi).
Di dalam Red Fort banyak bangunan yang menurutku sih arsitekturnya keren banget, ada perpaduan bangunan India, Persia (pastinya karena masa itu ada hubungan dengan Persia), dan sepertinya ada juga pengaruh model bangunan Eropa.
Dan Red Fort ini menjadi favoritku selama di Delhi, sebenarnya ingin berlama-lama di Red Fort, tapi kami terikat dengan jadwal untuk menghadiri gala dinner di Manesar.
 Setelah berjalan di area red Fort dan mengambil beberapa photo, kami pun memutuskan untuk segera kembali ke Gurgaon untuk persiapan gala dinner, tapi sebelumnya kami mampir ke pasar yang berada di lorong besar setelah gerbang masuk tadi.

Kami memutuskan untuk naik metro dari stasiun Chandni Chowk dengan pertimbangan pasti jauh lebih ekonomis dibandingkan taxi berargo yang tadi waktu berangkat saja kami harus membayar sebesar 2400 rupee.
cantiknya cewe India
Untuk ke stasiun metro kami naik becak aka rickshaw dan membayar sebesar 100 rupee, bermodal tanya ke orang-orang sekitar kamipun akhirnya sampai di dalam stasiun Metro. Setelah membeli tiket kami diberitahu bahwa nanti turunnya di stasiun terakhir yang bernama Huda City Center, inipun kami harus memastikan agar tidak salah dan nyasar dengan bertanya ke beberapa orang yang sama-sama menunggu metro datang maupun ketika berada di dalam metro kami juga masih bertanya lagi...berasa parno banget ya.

Ternyata metro saat itu isinya full, jadi kami berdesakan berdiri ga dapat tempat duduk, sambil bawa tas yang lumayan berat (plus sepatu di dalam tasku). Akhirnya ada juga yang menawari kami duduk karena kasihan melihat kami bawa beban berat. Dan...yang nawarin itu cewe masih muda loh, para lelakinya pada ga berperasaan kali yaaa
Sempat ngobrolin ke Lika tentang mba ini (sayangnya ga bisa english, jadi cuma senyum2 aja si mba) mba ini baik ga seperti Dinda hahaha...
me n Lika in green

Perjalanan kami 1 jam sampai di Huda City Center, dilanjutkan berjalan kaki menuju Vivanta Hotel yang ga terlalu jauh dari stasiun metro. Biarpun ga jauh tapi jam 5 sore disana masih cukup panas kondisinya jadi cukup bikin haus dan berpeluh.
Sesampai di hotel kami ga ada waktu banyak untuk istirahat. Mulai deh ritual mandi, dandan untuk persiapan acara gala dinner.

Kami berdua meskipun ga janjian tapi mengenakan warna pakaian yang sama yaitu hijau, padahal dress code seharusnya brown and gold, ga apa-apa lah utusan Ratu Kidul kata Lika.
Tadinya aku pikir kami sudah terlambat, ternyata waktu turun ke bawah kami masih menunggu peserta lain yang belum turun ke bawah untuk sama-sama berangkat ke Hyatt Manesar.
Ya...memang jam karetnya orang India lebih bisa diolor panjang dibanding Indonesia.

bareng Archana Nigam
Sesampai di Hyatt Manesar ternyata kami masih harus menunggu lagi, dan tetap masuk melalui pintu yang sama seperti waktu seminar, duduknya pun juga diatur sama.
Acara gala dinner ini jauh berbeda dari gala dinner yang di Indonesia.
Hiburannya lumayan banyak, tapi untuk pengaturan tempat dan makan aku rasa sih jauh lebih oke di Indonesia, begitu juga makanannya (iya lah selera sendiri).

Kami ga terlalu banyak mengambil photo, mungkin juga efek lelah gara-gara seharian jalan. Dan ga makan juga hanya mengambil es krim dan chocolate cake.
Acaranya sampai larut karena banyaknya recognisi, disini senior manager pun juga ikut gala dinner lho...
Acara ditutup setelah recognisi Kamini Jha untuk pencapaian gold executive director, setelah itu kami kabur keluar untuk mencari bus agar bisa secepatnya sampai hotel dan membaringkan badan yang benar-benar super lelah.
Sesampai di hotel setelah beberes, kami sempat online menggunakan internet hotel (per 24 jam 700 an rupee termasuk pajak), ini gara-gara AirTel benar-benar ga bisa dipake padahal paket internet dan kami ga tau harus komplen kemana, sampai akhirnya pun kami tertidur.
Besok adalah hari terakhir kami di India, tapi belum juga diputuskan mau kemana, karena pesawat kami terjadwal jam 12 malam.


read more

Friday, June 6, 2014

Perjalanan Ke India - My Trip To India 7 - Oriflame India Director Seminar Full Day

Niklas MD Oriflame India
Berkunjung ke India, tujuan utama kami adalah untuk menghadiri Oriflame India Director Seminar, sebagai juara Asia kompetisi yang diadakan akhir tahun lalu. Kali ini, acaranya seminar yang akan berlangsung sampai sore. Lagi-lagi kami ga ikut dress code, walaupun sebenarnya banyak juga sih yang ga mengenakan sesuai dress code terutama ibu-ibu ya rata-rata mengenakan sari.

Seperti biasa pagi diawali dengan sarapan, buah-buahan seperti pepaya, nanas, melon menjadi pembuka menu sarapan kami tiap pagi selama di India, dan menu tetapku hanya croissant dan omelet, padahal banyak banget pilihan menu yang tersedia, tapi...too spicy. Kami selalu menjadi yang paling pertama berada di cafe tempat sarapan tersedia bagi peserta. Ternyata orang India ini jam karetnya ngalahin Indonesia lho...


Lala mariposa n piala Asia winner ACTC
mariposa as Asia winner ACTC 2013
Kami berangkat ke tempat seminar di Hyatt Regency Manesar menggunakan bus yang disewa oleh Oriflame. Serius deh...bagusan bus di Indonesia untuk kategori bus sewaan yang begini. Pagi hari sudah berasa menyengat mataharinya, serasa seperti siang saat matahari sedang terik-teriknya di Indonesia. Perjalanan lumayan jaraknya dari Vivanta ke Hyatt memakan waktu 30 menitan jika tanpa macet, pagi itu memang belum banyak beredar kendaraan, sepertinya jam kerja disana lebih siang.

Sampai di Hyatt, dan masuk ke area dalam dekat pintu masuk ruangan, kami disambut oleh staff yang berjaga di salah satu pintu masuk. Ternyata...kami harus masuk melalui pintu untuk diamond up dan top 15 Oriflame India, dan duduknya pun sudah diatur di deretan paling depan. Surprised ! Ga nyangka banget dan ga pernah kebayang dapat kehormatan yang luar biasa seperti itu, pastinya aku suka banget karena di meja disediakan ga cuma air mineral tetapi juga permen warna-warni aneka rasa buah dalam toples terbuka (ini membuat aku dan Lika berlomba menghabiskannya >_< )
Sebelum acara di mulai, ada pengarahan sedikit tentang nantinya kami akan di recognisi di panggung beserta detailnya, lumayan juga para staff dan petinggi Oriflame India yang datang ke tempat duduk kami sekedar menyapa menyambut kami sebagai tamu, bisa dikatakan mereka sangat ramah.


seluruh pemenang ACTC
recognisi Asia winner ACTC
Acara dimulai, dibuka dengan penampilan Niklas yang keren abis, kemudian acara-acaranya seputar tentang Oriflame, recognisi dan testimoni, jatah recognisi kami ternyata siang hari setelah makan siang. Di India makan siang itu jam 2 siang, tapi untungnya pada jam 12 siang ada coffee break dan disajikan snack (...yang ga berempah-rempah) cukup untuk mengganjal perut sampai makan siang.
Balik lagi masalah recognisi, setelah nunggu lama jatah recognisi kami pun tiba juga. Sebenarnya sih kemarin ingin sekali bisa photo dengan pemenang nasionalnya India Samprati Goje. Mereka benar-benar keren apalagi sempat sharing dan testimoni di panggung. Walaupun akhirnya jadi friend di facebook, aku belum ada nyali buat nanya-nanya haha... cuma sempat ngobrol masalah kemarin ga sempat photo bareng.
Alhamdulillah Vikram membantu mengambil dokumentasi waktu kami naik panggung.
Hari pertama seminar ini banyak banget ilmu tentang peroriflame an yang diajarkan. Sebenarnya sih ini memang yang jadi kekurangan kami selama ini, belajar dari area yang jadi no 1 dalam sales growth bikin otak berpikir keras gimana cara bisa memodifikasinya ya. Karena memang kondisinya agak berbeda tiap negara, bahkan di Indonesia pun kondisi tiap daerah bebeda-beda.

Sampai jelang jam 6 sore tanda-tanda seminar usai belum nampak, kepalaku terserang migrain super dahsyat, mungkin karena capek, karena hormonal, it was my periodic (damnnnnnnnn ! lika bilang tentang ini ke Vikram, malu lah ketauan lagi dapet)
Karena migrain, kami pamit duluan, tapi ternyata...Vikram mengantar kami beserta supir sampai ke Vivanta. Aduhai bener Vikram ini, super baik...wah istrinya beruntung ya dapat yang baik begini haha...

Sampai hotel kami pun tidur dan ga ikutan acara party malam hari. Seminar di India memang berbeda dengan di Indonesia, disana seharian full ada acara. Agak nyesel sih ga bisa ikut acara malamnya. tapi ya mau gimana kondisi fisik ga bisa diajak kompromi.
So...malam itu kami pergunakan untuk istirahat dan...tanpa dinner !

read more