liburan gratis

liburan gratis

Tuesday, March 25, 2014

Taman Sari - Water Castle Yogyakarta, Full Of Beauty And Secret

taman sari- water castle yogyakarta
Taman Sari aka Water Castle Yogyakarta, sudah lama banget aku ingin mengunjungi tempat itu. Walaupun pernah tinggal di Yogya selama lebih dari 7 tahun, entah kenapa selalu saja gagal buat mampir ke taman sari.
Taman Sari ini berada di area lingkungan kraton Yogyakarta.
Sebelum bisa masuk melalui gerbang taman sari kita wajib beli tiket yang ga mahal kok, ga lebih dari 5000 rupiah.
Walaupun sepupuku Zerry bilang, bisa nakal lewat pintu lain biar ga bayar, kami lebih memilih jalur yang benar, lagipula masih wajar dan tarif rakyat kan ?


Kami memasuki kawasan taman sari melalui gerbang yang tampak masih kokoh bangunannya.
Begitu masuk betapa kagumnya akan bangunan taman sari ini.
Arsitektur kuno yang masih tampak kokoh, dengan lorong-lorong yang membuat kompleks taman sari ini berkesan misterius, tapi so beautiful. Kebayang kan bangunan ini dibangun pada abad 18 sekitar tahun 1700 an, nah loh... sudah berapa ratus tahun bangunan ini, tapi masih keliatan kuat dan eksotis dipandang mata.

Menyusuri lorong ruangan hingga kami menemukan kolam yang konon itu jaman dahulu menjadi tempat pemandian para puteri keraton, sayangnya kami tidak diperbolehkan untuk sekedar membasuh kaki atau tangan disitu, padahal cuaca yang cukup panas membuat kami ingin bermain air untuk menyejukkan diri.
Kebayang 200 tahun yang lalu para keluarga raja mandi di pemandian ini.


Area kolam pemandian dikelilingi pot-pot tanaman yang kokoh juga, surprised ada pot yang ditanami tanaman bunga melati favoritku, tentu saja beberapa kuntum bunga angirnya berpindah ke telapak tanganku. I really love jasmine !!!
Area pemandian ini konon dibagi menjadi 3 tempat, yaitu pemandian Umbul Kawitan kolam untuk putra-putri raja, Umbul Pamuncar kolam untuk para selir, dan Umbul Panguras kolam untuk raja.

Setelah puas mengitari area kolam dan sempat duduk santai karena kepanasan, Zerry menawari kami untuk mengunjungi masjid tua yang masih di kawasan Taman Sari. Oke lah aku pun penasaran seperti apa masjid tua yang dibangun pada abad 18 ( 1700++ )

Kami pun keluar dari kawasan kolam dan lewat halaman sekitar kawasan taman sari yang ternyata sudah menjadi pemukiman penduduk. Karena haus, kamipun mampir di angkringan yang ada di halaman situ. Para sepupu memesan air jeruk dingin buatan aka nutrisari, aku sendiri lebih memilih es teh tawar, i like tea !!!

Setelah puas ngangkring, kami meneruskan perjalanan ke old masjid, melewati seorang bapak yang sedang duduk di depan rumah dengan meja yang diatasnya beliau sedang sibuk menyelesaikan pembuatan wayang.
Ternyata bapak ini adalah pengrajin wayang, sempat kami wawancara sedikit (emang wartawan ya?)
Kata si bapak bikinnya 3 minggu untuk 1 buah wayang, dijual dengan harga 1.5 jt...dari kulit kerbau...yg mau beli silahkan langsung aja...tanpa perantara hehe...


Di dalam rumah tersebut ternyata menjual berbagai kerajinan, dari lukisan, wayang, hingga batik tulis klasik seperti motif truntum, sido mukti, wahyu tumurun dan sejenisnya, suka benar lihatnya, ya...aku lebih suka motif batik klasik daripada yang kontemporer, beberapa orang teman bilang jiwaku terlalu tua haha...

Setelah berjalan cukup lumayan menembus area perkampungan, sampailah dibangunan tua yang ini konon merupakan area benteng atau fort keraton Yogyakarta pada jaman dahulu.
Pandanganku beredar, mana sih masjid tua yang dibicarakan. 
Zerry menuntun kami memasuki bangunan tua tersebut, masuk dalam lorong pengap, maklum bangunan abad 18. 
Ternyata, masjid tua ini berada di dalam tanah atau bisa dibilang seperti bunker. 
Modelnya lorong memutar, karena kami ga menggunakan jasa guide maka kami curi-curi dengar para guide yang sedang menerangkan ke para wisatawan.
lorong masuk masjid bawah tanah
tempat imam salat
 
me n cousins (Zerry n Diska)
Baru tau ternyata jalan berlorong-lorong itu ya menuju tempat salat dan tempat yang agak menjorok sempit itu tempat imam.
Masjid tua ini cukup luas dengan lorong yang berliku. Biarpun bangunan tua dan tampak seram, menurutku sih bangunan ini sungguh cantik dengan kemisteriusannya. 
Pasti ada alasan mengapa masjid ini dibangun sedemikian rupa di dalam benteng, dan dinamakan pula masjid bawah tanah.
Bangunan masjid ini merupakan bangunan dua tingkat yang memiliki desain sisi akustik yang baik. Konon suara imam bisa terdengar di segala penjuru.
Konon masjid ini jaman dulu digunakan juga sebagai benteng pertahanan ketika keraton dalam keadaan genting. Nah terjawab sudah kan mengapa desainnya sedemikian rupa.

Keluar dari lorong lingkungan masjid bawah tanah, kami menemukan peandangan yang luar biasa eksotis.
Burung-burung hinggap dan terbangdi sekeliling bangunan tua ini.

Tentunya kami ga buang kesempatan ini, aku dan kedua sepupuku photo bareng, yang ambil photo Afni.

Beruntungnya kami ketika photo diambil secara ga sengaja ada burung terbang melintas.
Wow berasa seperti pengambilan gambar untuk majalah hahaha... :p

Akhirnya terpuaskan juga rasa ingin tahu tentang taman Sari yang merupakan cagar budaya ke 19 dunia (kalau ga salah sih...)

Next time i'll be back, untuk mengeksplor lebih lanjut, karena yang kemarin ga cukup waktu untuk menjelajah seluruhnya.

Adios !

0 comments:

Post a Comment